News Sabtu, 29 Oktober 2022 | 12:10

Pagelaran Budaya Sadar Bencana di Sumbawa NTB

Lihat Foto Pagelaran Budaya Sadar Bencana di Sumbawa NTB salah satu atraksi pagelaran budaya sadar bencana di Sumbawa, NTB, Jumat, 28 Oktober 2022. (Foto: BNPB)
Editor: Tigor Munte

Sumbawa - Digelar pagelaran Budaya Sadar Bencana di halaman Kantor Bupati Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada Jumat, 28 Oktober 2022. 

Pagelaran Budaya Sadar Bencana kali ini mengangkat tema “Sabalong Samalewa” yang memiliki arti membangun secara seimbang dan serasi antara pembangunan fisik material dengan pembangunan mental spiritual. 

Arti filosofis dari tema ini diharapkan selalu menjadi pengingat masyarakat untuk senantiasa menjaga lingkungan, yang merupakan anugerah Tuhan agar dapat terhindar atau mengurangi dampak dari bencana. 

Kegiatan tahunan ini dilaksanakan dalam rangka menggali budaya lokal, norma sosial, norma adat yang sudah terbangun puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu dari cara masyarakat mengantisipasi bencana di setiap daerah masing-masing 

Pagelaran Budaya Sadar Bencana ini secara simbolis dibuka oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dengan memukul gong didampingi Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah dan Iskandar selaku Ketua Umum Pajatu Adat Lats Sumbawa. 

Baca juga:

Dampak Bencana Kalukku Mamuju, 6 Rumah Hanyut 13 Rusak 2 Tertimbun

Pagelaran ini diisi dengan tiga kesenian atau tarian tradisional khas Sumbawa. Yang pertama Tari Nguri yang merupakan tari penyambutan untuk tamu-tamu terhormat. 

Yang kedua adalah Tari Kreasi Tolak Bala, yang mana dalam tarian ini disisipkan pesan-pesan kesiapsiagaan bencana, yang menggambarkan hubungan antara menjaga alam dengan kehidupan, tentunya sesuai dengan norma-norma kebudayaan di Sumbawa. []

Adapun syair yang dilantunkan sebagai berikut:

Syair badede Tolak  Bala 

Pasatotang tau loka (Nasehat leluhur)

Na mo sate  datang bala (jangan pernah menghendaki datangnya musibah/bencana)

Empar diri tu ke iman (Bentengi diri dengan keimanan/ketakwaan pada yang maha kuasa) 

Bala datang kalis Nene` (Musibah/bencana datangnya dari Allah)

Ling no pati ka pamelang (karena tidak menghiraukan apa yg dilarang)

Panyoba lako parana (cobaan datang menimpa badan) 

Parana sopo sapolak (tubuh dan jiwa setiap manusia adalah satu)

No ku beang tama ila (tak kan pernah kubiarkan rasa malu menghampiri)

Bala nan belo tu seseng (Musibah/bencana  perlu diwaspadai/diantisipasi) 

Sebagai penutup dan hiburan ditampilkan Tari Gantao yang merupakan tari bela diri khas Sumbawa. 

Pesan-pesan kesiapsiagaan tentu saja dimasukkan dalam setiap tarian tersebut, agar masyarakat tetap mengingat dan dapat mengimplementasikan norma-norma yang sebenarnya telah terbangun sejak dulu untuk beradaptasi menghadapi potensi bencana dengan lebih baik dan lebih siap. 

Kegiatan Budaya Sadar Bencana melalui pagelaran kesenian tradisional ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari arahan Presiden Joko Widodo yang dalam beberapa kesempatan selalu menyampaikan agar dalam setiap tahapan kesiapsiagaan menghadapi bencana, selalu dilakukan penguatan sistem edukasi bencana yang berkelanjutan. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya