Simalungun - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Pdt. Penrad Siagian, memberikan kata sambutan yang penuh inspirasi pada acara pentahbisan pendeta Huria Kristen Indonesia (HKI) di HKI Resort Khusus Siborongborong Lotung - Tiga Dolok, Simalungun, Minggu, 3 November 2024.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh para Praeses HKI dari seluruh Indonesia serta sekitar 300 jemaat gereja, Penrad menyoroti peran penting para pendeta dalam menghadapi tantangan masa depan.
Pdt. Penrad Siagian mengawali sambutannya dengan mengucapkan selamat kepada para pendeta baru yang telah resmi ditahbiskan.
Ia juga menyampaikan rasa bangga kepada para orang tua yang anak-anaknya kini menjadi bagian dari pelayanan gereja HKI.
Namun, Penrad tak lupa mengingatkan akan tantangan berat yang dihadapi oleh gereja dan para pelayannya.
Menurutnya, kondisi ekonomi yang sulit saat ini memiliki dampak besar bagi gereja dan jemaat.
“Situasi ekonomi yang memburuk pasti akan berpengaruh pada jemaat dan gereja. Tantangan global yang semakin beragam juga adalah ujian tersendiri bagi para pendeta baru,” ujar Penrad, memberi gambaran tantangan yang menanti di depan.
Penrad menekankan pentingnya semangat Sultan Malu, tokoh ikonik dalam sejarah HKI yang dikenal dengan sikap pantang menyerah dan semangat yang teguh.
"Pendeta HKI harus berbeda dengan yang lain karena kesejarahan HKI yang dimulai oleh Sultan Malu," ucapnya, Penrad mengajak para pendeta baru untuk meneladani semangat ini dalam melayani jemaat.
Ia juga mengingatkan bahwa dirinya mencapai titik ini karena selalu menjadikan semangat Sultan Malu sebagai panutan. "Saya adalah bagian dari keluarga besar HKI," tegasnya.
Tidak hanya itu, Penrad menekankan bahwa meskipun para pendeta melayani di lingkungan lokal, wawasan mereka harus mendunia.
"Pelayanan boleh lokal, tapi wawasannya harus global, mendunia," pesannya kepada para pendeta baru, memberi bekal bagi mereka untuk terus memperluas cakrawala dan siap menghadapi berbagai tantangan global.
Semangat pantang menyerah dan wawasan luas, menurut Penrad, adalah nilai yang harus dipegang teguh oleh setiap pendeta HKI.
Acara pentahbisan ini, diharapkannya, menjadi momentum bagi para pendeta baru untuk mengabdi dengan hati yang kuat dan wawasan yang tak terbatas, sejalan dengan nilai-nilai yang diwariskan oleh Sultan Malu.
Selain itu, ia pun mengisahkan jejak sejarah dan spirit Sultan Malu.
Lahir dan hadirnya HKI, kata Penrad, tidak dapat dilepaskan dari sejarah ke-Indonesiaan.
HKI diproklamasikan sebagai sebuah komunitas iman yang merdeka lepas dari kolonialisme zending dan penjajahan pada masa itu, pada 01 Mei 1927, yang merupakan hari lahirnya HKI di Pematangsiantar (yang dahulu bernama HChB) merupakan sebuah proses yang lahir dari semangat merdeka dari kolonialisme yang berkelindan dengan semangat nasionalisme atas ke-Indonesiaan yang sedang berkecambah sebagai benih kebangsaan di era tersebut.
Sejak itu semangat Nasionalisme ke-Indonesiaan adalah spiritualitas dan ruh kehadiran dalam perjalanannya sebagai sebuah gereja di Indonesia.
Dan sejak itu pula, HKI sebagai sebuah komunitas kaum beriman terlibat dalam pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia.[]