News Jum'at, 18 Agustus 2023 | 19:08

PSI Tawarkan Solusi Merdeka dari Polusi Udara, Salah Satunya Terbitkan UU Keadilan Iklim

Lihat Foto PSI Tawarkan Solusi Merdeka dari Polusi Udara, Salah Satunya Terbitkan UU Keadilan Iklim Mikhail Gorbachev Dom. (Foto: PSI)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Kualitas udara di kawasan Jabodetabek memburuk beberapa waktu terakhir. Pada 13 Agustus 2023 kemarin, indeks kualitas udara di DKI Jakarta di angka 156 dengan keterangan tidak sehat.

"Polusi udara punya banyak penyebab. Saya sendiri menggolongkan penyebabnya menjadi tiga, yaitu penyebab alam, penyebab sistemik, dan penyebab perilaku," kata Wasekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mikhail Gorbachev Dom dalam keterangan visualnya di Instagram dilansir Opsi.id, Jumat, 18 Agustus 2023.

Dia menjelaskan, penyebab alam adalah musim kemarau. Tahun 2023 ini kemarau terjadi karena fenomena cuaca el nino di Samudra Pasifik. Namun ke depannya kemarau bisa saja terjadi karena krisis iklim. 

Banyak penelitian membuktikan krisis iklim berpengaruh pada jumlah hari hujan setiap bulannya. Hari hujan akan semakin sedikit, padahal hujan punya jasa lingkungan untuk melarutkan polusi yang ada di udara.

"Jadi kalau mau merdeka dari polusi udara, salah satu caranya adalah kita harus berupaya memperlambat laju krisis iklim dengan menjaga alam kita," kata Mikhail.

Penyebab kedua disebutnya sebagai penyebab sistemik. Misalnya, penggunaan batu bara dalam industri dan pembangkit listrik. Lalu transportasi publik yang nyaman, aman, dan terintegrasi. 

"Nah, untuk penyebab sistemik ini, warga kota bergantung pada political will dari para pemimpin. Karena itu penting sekali pada tahun 2024 nanti saat pemilu serentak, warga kota memilih pemimpin dan partai politik yang peduli lingkungan agar kita merdeka dari polusi udara," jelasnya.

PSI sendiri kata dia, mendorong terbitnya undang-undang keadilan iklim. Undang undang keadilan iklim ini diperlukan untuk mengawal upaya net zero emission pada tahun 2050. 

"PSI menganggap Indonesia perlu Kementerian Keadilan Iklim atau paling tidak lembaga setingkat kementerian yang mengurusi keadilan iklim karena sifatnya yang multisektor," tukasnya. 

Penyebab yang terakhir adalah penyebab perilaku ironis. "Kita sedang mencemari udara kita sendiri dengan perilaku kita. Salah satu contohnya adalah perilaku membuang sampah sembarangan yang menimbulkan TPS liar di kota-kota besar di Indonesia," ujarnya.

Menurut Mikhail, dia, sudah mendatangi banyak Tempat Pembuangan Sampah atau TPS liar. Solusi warga sekitar TPS adalah membakar sampah, padahal selama masih membakar sampah, tidak akan pernah merdeka dari polusi udara.

Perilaku lain adalah perilaku bertransportasi warga kota. Warga masih enggan menggunakan transportasi publik. Masih malas berjalan kaki ataupun bersepeda ke tempat kerja.  

BACA JUGA: Kualitas Udara Jabodetabek Buruk, Jokowi Perintahkan Rekayasa Cuaca

Padahal non motorized vehicle adalah solusi dari polusi udara akibat transportasi, ide liarnya malah kebijakan WFH untuk mengurangi transportasi. 

Padahal untuk kota Jakarta misalnya, banyak pilihan transportasi, tinggal komitmen saja untuk menggunakannya. 

"Jadi kita semua harus berhenti saling tunjuk polusi udara ini adalah hasil akhir dari pilihan pilihan kita di masa lalu. Ke depan kita perbaiki pilihan-pilihan kita. Pilih transportasi yang lebih baik, pilih memilah sampah dan membuang pada tempatnya," sebutnya. 

Terakhir kata Mikhail, agar memilih partai politik dan pemimpin yang memiliki komitmen lingkungan yang tinggi untuk mengurai masalah sistemik agar bisa merdeka dari polusi udara. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya