Jakarta - Presiden Jokowi melakukan bongkar pasang Kabinet Indonesia Maju masa jabatan 2019-2024.
Jokowi melantik lima pejabat sekaligus mencopot tiga pejabat. Satu wajah baru menduduki pos wakil menteri, yakni Raja Juli Antoni.
Pria yang juga Sekretaris Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu dilantik menjadi Wakil Menteri ATR/BPN. Raja Juli menggantikan Surya Tjandra, yang juga kader PSI dan telah menduduki jabatan tersebut sejak 2019 lalu.
PSI merasa terhormat dan bangga dengan ditunjuknya Raja Juli Antoni menjadi Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala BPN mendampingi Hadi Tjahjanto.
Ketum PSI Giring Ganesha menyebut, Raja Juli Antoni alias Toni adalah kader terbaik PSI. Sosok cerdas dan berintegritas. Dulu aktivis mahasiswa, seorang PhD dari Australia.
"Kami yakin dia mampu berkontribusi besar di posisi wakil menteri untuk membantu Pak Menteri Hadi Tjahjanto,” kata dia dalam pernyataan tertulis.
Baca juga:
Jokowi Bongkar Pasang Kabinet, Ini Daftar Menteri Baru dan yang Dicopot
Giring menegaskan, tanah adalah faktor produksi fundamental. PSI akan membantu mewujudkan cita-cita Pasal 33 UUD 1945 agar tanah dapat digunakan untuk meningkatkan sebesar-sebesarnya kesejahteraan rakyat Indonesia.
Profil Raja Juli Antoni
Raja Juli Antoni lahir di Pekanbaru, Riau pada 13 Juli 1977 atau berusia 45 tahun.
Tercatat memiliki latar belakang pendidikan lumayan mumpuni meski berusia muda. Raja menyelesaikan studi IAIN (sekarang UIN) Jakarta pada tahun 2001.
Dia menulis penelitian berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.
Tahun 2004 menerima beasiswa Chevening Award untuk studi master di The Department of Peace Studies, The University of Bradford, Inggris.
Merampungkan tesis magister dengan judul The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process.
Pada tahun 2010 juga berkat beasiswa dari Australian Development Scholarship (ADS), meneruskan studi doktoral di School of Political Science and International Studies, the University of Queensland, Australia.
Menuntaskan gelar PhD, dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).
Sejak 2005 hingga 2009, Raja Juli menjadi Direktur Eksekutif MAARIF Institute. Dia juga menjadi Direktur Eksekutif The Indonesian Institute (TII).
Raja Juli menjadi Sekretaris Jenderal DPP pada 2014-2020. Setelah itu diberi amanah menjadi Sekretaris Dewan Pembina.
Sosoknya dikenal aktif dalam menulis. Sejumlah tulisan berupa opini dan artikel sering menghiasi media nasional, seperti Kompas, Tempo, Republika, dll. []