News Sabtu, 22 November 2025 | 18:11

Talas Beneng, Harapan Baru Ekonomi yang Berkelanjutan dari Pandeglang

Lihat Foto Talas Beneng, Harapan Baru Ekonomi yang Berkelanjutan dari Pandeglang Lokasi Petani Talas Beneng beraktivitas di Desa Saninten, Kecamatan Kaduhejo, Pandeglang.(Foto:Istimewa)

Pandeglang – Di Desa Saninten, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang, sebuah transformasi ekonomi sedang berlangsung.

Talas Beneng (Beneng Taro), yang sebelumnya hanya dianggap sebagai tanaman pekarangan biasa, kini telah menjadi harapan ekonomi baru yang dirajut warga melalui kerja kolektif, teknologi ramah lingkungan, dan pengelolaan usaha berbasis komunitas.

Selama bertahun-tahun, daun Talas Beneng hanya dijual dalam bentuk mentah dengan ketergantungan tinggi pada tengkulak. Pola ini membuat harga jual fluktuatif, hasil tidak stabil, dan petani kehilangan daya tawar.

Namun, sejak awal tahun ini, pola usaha tradisional itu mulai bergeser dengan hadirnya program pengabdian masyarakat yang bermitra dengan Kelompok Tani Campaka Sakti dan BUMDes Sumur Tujuh.

Program ini menghadirkan solusi inovatif berupa mesin pengering hybrid bertenaga surya dan biomassa.

Alat ini menjadi terobosan penting karena memungkinkan proses pengeringan berlangsung cepat dan tidak bergantung pada cuaca, sekaligus menjaga kualitas warna dan aroma daun sehingga lebih layak untuk pasar industri.

Lonjakan Kapasitas dan Kualitas

Kehadiran teknologi tersebut membawa dampak signifikan. Kapasitas pengeringan melonjak dari kisaran 300 kg per hari dengan penjemuran tradisional, menjadi sekitar 800 kg per siklus dengan mesin hybrid.

"Kalau dulu kami menjemur dari pagi sampai sore, sekarang empat jam sudah jadi. Kualitasnya lebih seragam dan tidak rusak karena hujan," ujar Dedi Muhadi, Ketua Kelompok Tani Campaka Sakti, dengan penuh antusias.

Peningkatan kualitas ini langsung berdampak pada nilai jual. Harga daun kering yang sebelumnya berada pada kisaran Rp 20.000 per kilogram, kini mampu bertahan di kisaran Rp 25.000 per kilogram, sesuai dengan standar kualitas yang diminta pembeli dari luar daerah.

Lebih dari sekadar alat, program ini juga menyertakan pelatihan manajemen usaha yang komprehensif.

Kelompok Tani kini mulai terbiasa mencatat setiap transaksi, menghitung biaya produksi secara detail, dan menentukan harga jual berdasarkan nilai tambah, bukan sekadar mengikuti harga pasar.

BUMDes Sebagai Motor Hilirisasi

Tidak berhenti di bahan baku kering, BUMDes Sumur Tujuh kini aktif bergerak di sektor hilir. Dengan dukungan mesin serut otomatis dan vacuum sealer untuk pengemasan, mereka mengolah umbi talas menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti keripik dan tepung.

Proses yang sebelumnya dilakukan manual kini lebih cepat dan presisi, serta meningkatkan kapasitas produksi dan konsistensi mutu.

"Yang dulu manual, sekarang lebih presisi. Kami bisa produksi lebih sering dan kemasan juga lebih menarik," kata Idi Suryadi, Direktur BUMDes Sumur Tujuh.

Dengan strategi pemasaran digital yang terintegrasi, produk-produk olahan Talas Beneng ini telah berhasil menembus pasar regional, termasuk Serang, Tangerang, dan sebagian wilayah Bogar melalui toko oleh-oleh, reseller, dan kanal daring.

Peningkatan kapasitas dan perluasan pasar ini mendorong omzet BUMDes naik lebih dari 10% sejak awal penerapan teknologi dan pemasaran terpadu.

Membangun Ekosistem Berkelanjutan

Yang berubah bukan hanya cara produksi, tetapi paradigma warga dalam memaknai komoditas lokal. Talas Beneng tidak lagi dilihat sebagai tanaman tunggal, melainkan sebagai rantai nilai lengkap yang melibatkan petani, pengolah, pengepak, pemasar, dan jejaring UMKM lainnya.

Ekosistem ini diperkuat dengan peran strategis pemerintah desa dalam koordinasi, penyediaan sarana produksi, dan pemetaan lahan penanaman.

Sementara pendampingan dari akademisi membantu membuka akses pengetahuan yang sebelumnya tidak tersedia di tingkat desa.

Dukungan Multi-Pihak dan Rencana Ke Depan

Program pemberdayaan ini didukung oleh penuh oleh:

- Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Nomor Kontrak: 380/C3/DT.05.00/PM.MULTITAHUN/2025, Tahun 2025)

- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang

- Pemerintah Desa Saninten Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang

- Universitas Darma Persada sebagai Ketua Pelaksana Program Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD)

- Universitas Esa Unggul sebagai Anggota Pelaksana Program Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD)

- Kelompok Tani Campaka Sakti dan BUMDes Desa Saninten sebagai mitra sasaran kegiatan

Untuk tahap selanjutnya, program ini menargetkan sertifikasi halal, perizinan edar BPOM, pembentukan koperasi usaha bersama, serta ekspansi pasar menuju industri pangan dan herbal yang lebih luas.

Menuju Ekonomi Lokal yang Berakar dan Berkelanjutan

Transformasi Talas Beneng di Desa Saninten membawa pesan mendalam: perubahan ekonomi tidak selalu dimulai dari modal besar, melainkan dari cara baru dalam mengelola potensi yang telah ada.

Ketika teknologi ramah lingkungan hadir untuk masyarakat dan pengetahuan dibagikan secara kolaboratif, desa tidak hanya menjadi tempat produksi, tetapi juga tempat lahirnya nilai tambah yang memberdayakan dan berkelanjutan.

"Kami percaya ini baru awal. Talas Beneng akan membawa kemandirian ekonomi yang lebih besar untuk desa kami. Talas Beneng hanyalah permulaan," ucap Dedi Muhadi.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya