Jakarta - Sebenarnya ada udang di balik batu itu merupakan peribahasa yang sudah lama kita kenal, adanya udang di balik batu merupakan sesuatu yang tersembunyi yang merupakan barang atau maksud mengambil keuntungan.
Sebenarnya kita tidak perlu mencari udang di balik batu tetapi bisa membuat kolam sendiri dengan banyak udang yang bisa dibudidayakan untuk bisa dikonsumsi dan juga bisnis yang menjanjikan.
Budidaya udang vaname di Indonesia saat ini merupakan andalan sektor perikanan dan menjadi prioritas pengembangan akuakultur di Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional.
Kabupaten Serang merupakan wilayah pengembangan Pemrov Banten sebagai kawasan minapolitan sebagai lokasi industrialisasi kelautan dan perikanan.
Desa Sindanglaya Kecamatan Cinangka masuk wilayah Kabupaten Serang yang masyarakatnya berada di lokasi sepanjang pesisir pantai Anyer di mana mata pencaharian mereka rata-rata adalah budidaya perikanan, tangkap ikan/nelayan dan pedagang lokasi pariwisata.
Agus romas mengatakan udang vaname jenis air laut banyak dibudidayakan di Desa Sindanglaya dimana daerahnya berada di sepanjang pesisir pantai oleh karena itu menjadi salah satu mata pencaharian warga, warga yang membuka bisnis budidaya udang vaname ada yang memanfaatkan lahan sendiri ada juga yang menyewa dengan perhitungan yang tidak susah menghasilkan cuan yang menarik untuk digeluti karena mempunyai keuntungan yang menggiurkan.
Sebagai contoh hitungan sederhana dalam mengelola tambak udang vaname yaitu Analisa biaya diatas merupakan perhitungan normal tanpa adanya permasalahan, untuk harga udang dihitung berdasarkan size = jumlah ekor udang/kg semakin kecil ukuran udang maka size semakin banyak, untuk size 40 /kg atau ukuran rata-rata 25 gram/ekor diharga Rp. 70.000,- /kg (harga tengkulak) untuk sekali panen satu siklus (umur 4 bulan) sekitar 4200 kg x Rp. 70.000,-/kg = Rp. 294.000.000,- untuk keuntungan panen adalah harga jual panen dikurangi biaya produksi atau Rp. 294.000.000 – Rp. 193,260,000 = Rp. 100.740.000,- per empat bulan atau 25.185.000,- per bulan, kata Agus Romas.
Di desa Cinangka terdapat banyak yang membudidayakan udang vaname sebagai contoh tambak udang seluas 6.000 m2 yang dikelola koperasi bernama Koperasi Produsen Inti Tunas Harapan Jaya dalam satu siklus panen sekitar 4 bulan panen. Kata Agus Romas.
Dari hasil survey lokasi tambak udang yang berada di Desa Sindanglaya milik Koperasi Produsen Inti Tunas Harapan yang mengelola tambak udang seluas 6500 meter persegi.
Melihat hasil pengelolaan yang sudah cukup baik kami dari tim program kemitraan masyarakat dosen dan mahasiswa Universitas Darma persada dan Universitas Esa Unggul penasaran untuk melakukan idenfirikasi dari hasil pengecekan bidang produksi dan ada beberapa hal yang sebenarnya bisa untuk ditingkatkan khususnya dalam bidang pengelolaan tambak udang.
Pengelolaan tambak udang yang lebih modern dan penambahan teknologi seharusnya bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas hasil panen udang vaname. Permasalahan yang kurang maksimal dalam pengelolaan tambak udang vaname diantaranya adalam penyiapan pakan udang yang masih menggunakan cara biasa belum menggunakan mesin.
Agus romas mengatakan bahwa dalam proses penyajian pakan ternak bahan-bahan yang digunakan terdiri dari tepung ikan, dedek halus, susu, tepung tapioka, air tetes tebu dan bahan nutrisi lainnya dengan prosentase campuran yang disesuaikan dengan umur udang yang ada di tambak dicampur menggunakan tangan, dimana bahan-bahan pakan udang digelar di terpal lalu diaduk menggunakan tangan.
Selain itu juga tim dosen dan mahasiswa menemukan sedikit kekurangan dalam perawatan kualitas air tambak yang kurang memperhatikan kualitas air dimana kualitas air tambak harus tetap terjaga kadar pH, oksigen dan keasamannya.
Pengecekan kadar air dilakukan menggunakan alat ukur langsung ke kolam dan dilakukan tidak teratur atau pengecekan dilakukan apabila air sudah keruh baru dicek dan jika melebihi batas kualitas air standar baru dilakukan penggantian air.
Mahasiswa dan dosen universitas darma persada diprakarsasi oleh Didik Sugiyanto, M.Eng. ikut berkolaborasi dalam mengembangkan pengelolaan tambak udang vaname yang modern yaitu dengan membuat mesin pengaduk siapan pakan udang yang menghasilkan campuran siapan pakan udang yang lebih merata dan bersih karena alat ini dalam proses pengadukannya dalam ruang tertutup sehingga meminimal bakteri yang masuk ikut tercampur.
Untuk mengontrol kualitas kadar air di tambak solusinya perlu adanya sistem monitoring kualitas kadar air tambak udang vaname, menggunakan teknologi Internet of Things yang bisa dimonitor dari jarak jauh menggunakan smartphor sehingga tidak perlu datang langsung ke tambak, dimana hal ini memberikan aspek teknologi yang dapat meningkatkan kualitas hidup udang vaname sehingga menjadikan hasil panen udang yang melimpah.
Selain dari aspek produksi tim dosen dan mahasiswa yang berkolaborasi antara Universitas Darma Persada dan Universitas Esa Unggul juga mencari informasi terkait sistem pemasaran dari udang vaname hasil budidaya para warga Desa Sindanglaya.
Menurut Agus Romas, dalam memasarkan hasil budidaya udang vaname masih menggunakan cara yaitu menjual ke tengkulak belum adanya sistem penjualan melalui online karena belum tahu cara menjual secara online.
Dari tim mahasiswa dan dosen diwakili bapak Dr. Agus Munandar selanjutnya berinisiatif untuk melakukan pelatihan bagaimana manajemen pemasaran berbasis teknologi informasi hal ini juga diharapkan berdampak tidak hanya usaha dibidang budidaya udang tetapi di usaha lain bagi warga Desa Cinangka.
Menurut Agus Romas, harapan kedepannya banyak akademisi bisa berkolaborasi dengan masyarakat khususnya Desa Sindanglaya dalam mengembangkan usaha Budidaya Udang Vaname agar lebih maju, hal ini karena pasar komoditas kebutuhan udang vaname di Indonesia sangat besar.
"Dalam kegiatan ini sebagai mitra masyarakat juga mengucapkan terimakasih kepada Kemendikbudristek Dikti atas dukungannya bisa berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat," ucap Agus Romas.[]