Taput - Lembah Silindung, perbukitan yang menjadi saksi lahir dan tumbuhnya ribuan anak bangsa dari tanah Batak.
Di sinilah, di tanah kelahiran yang sarat makna, keluarga besar Punguan Si Raja Nabarat bersama Pendeta wilayah Silindung berkumpul dengan satu tujuan memberangkatkan Pdt Dr Ro Sininta Hutabarat MTh dengan doa dan pengharapan, menuju medan pelayanan yang lebih luas, sebagai calon Bishop GKPI periode 2025–2030.
Suasana ibadah pada 8 September 2025, itu begitu khusyuk. Pdt Goklas Sianturi memimpin liturgi dengan suara tenang, sementara Pdt Dr Junjungan Simorangkir menyampaikan firman Tuhan, mengingatkan jemaat bahwa panggilan seorang gembala sejatinya lahir dari kasih dan keberanian.
Nada nyanyian ibadah yang menggema, berpadu dengan desir angin yang turun dari bukit-bukit Silindung, seolah alam pun ikut berdoa.
Acara ini menjadi kelanjutan dari gelombang doa yang sebelumnya telah digelar Hutabarat se-Kota Pematangsiantar, Hutabarat se-Kota Medan, dan kini di Silindung – tanah kelahiran Pdt Ro Sininta Hutabarat.
Kehadiran Bupati Tapanuli Utara JTP Hutabarat bersama Dapot Hutabarat anggota DPRD Taput, dan pengurus si Raja Nabarat Bona Pasogit yang diketuai Jetro Hutabarat, memberi makna tersendiri.
Bupati JTP tidak hanya hadir sebagai pemimpin daerah, tetapi juga sebagai dongan tubu, keluarga, yang mengerti betul jejak langkah Ro Sininta dalam pelayanan.
“Sesuai dengan namanya, Ro Sininta, doa dan harapan kita bersama kiranya tercapai seturut kehendak Tuhan,” ucap Bupati JTP dengan penuh keyakinan.
Doa yang lahir dari tanah kelahiran bukanlah doa biasa. Ia adalah doa yang menyatu dengan air mata orang tua, dengan kerja keras para petani, dengan semangat orang-orang yang menjaga nilai-nilai Batak, yakni marsihaholongan, marsigumon, martahi dibagasan haporseaon tu Debata.
Usai ibadah, suasana berubah menjadi lebih hangat. Lantunan doa berganti dengan adat mangupa-upa—ikan mas yang melambangkan kelimpahan dan pengharapan—diberikan kepada Pdt Dr Ro Sininta Hutabarat dan istrinya, S br Sitorus.
Keharuan memuncak saat ulos si ganjang rambu disampirkan di bahu mereka. Ulos itu bukan sekadar kain, tetapi doa yang dijahit dengan cinta, simbol kekuatan dan berkat untuk perjalanan panjang.
Tangan-tangan yang menyampirkan ulos seolah berkata: “Engkaulah anak kami, engkaulah saudara kami, pergilah dengan doa kami, melayanilah bukan untuk untuk dilayani dalam dekapan kehangatan cinta kasih Tuhan.”
BACA JUGA: Doa untuk Pdt Dr Ro Sininta Hutabarat Menuju Kursi Bishop GKPI 2025-2030
Ketika tiba gilirannya berbicara, Ro Sininta Hutabarat berdiri dengan mata berbinar. Kata-katanya sederhana, namun sarat makna.
“Saya percaya bahwa GKPI adalah milik Tuhan yang harus terus dilayani dengan kasih, pengharapan, dan kerja sama. Dengan hati yang tulus dan pikiran yang terbuka, saya siap mengabdikan diri. Saya tidak bisa berjalan sendiri, tetapi bersama, kita mampu melayani gereja Tuhan yang kuat dan penuh berkat,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengalamannya sebagai Sekretaris Jenderal GKPI periode 2015–2020 bukan sekadar catatan administratif, tetapi bagian dari perjalanan untuk memahami denyut gereja, pergumulan para pendeta, harapan jemaat, dan dinamika zaman.
Visinya jelas, yakni GKPI harus menjadi gereja yang ramah bagi generasi muda, tempat anak-anak bisa bersuara, orang tua dihargai, dan semua orang bertumbuh dalam iman. Sebuah gereja yang hidup, bersahabat, dan berdampak.
Turut hadir dalam kesempatan itu, Pdt Dr Teddi Sihombing MM MTh, sebagai seorang bere Hutabarat yang juga akan maju sebagai calon Sekretaris Jenderal GKPI periode 2025–2030.
Kehadirannya menambah hangat suasana, menandakan bahwa dukungan bagi Ro Sininta bukan hanya bersifat personal, melainkan juga kolektif, lintas generasi, dan berakar pada kebersamaan.
Jemaat yang hadir pun tak kalah antusias. Banyak di antara mereka menyatakan bahwa kepemimpinan yang bersahabat dan transparan seperti yang ditawarkan Ro Sininta adalah harapan baru bagi GKPI di tengah dunia yang terus berubah.
Pemberangkatan ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan penting. Semua doa, harapan, dan dukungan akan bermuara pada Sinode Am GKPI XXIV yang akan diselenggarakan pada 14–19 Oktober 2025 di GKPI Center, Pematangsiantar.
Dengan suara penuh keyakinan, Ro Sininta menutup sambutannya.
“Mari kita jadikan GKPI rumah bersama, tempat kasih Tuhan nyata dan dirasakan semua orang dan seluruh ciptaan-Nya. Dengan pertolongan Tuhan, saya siap menjadi Bishop GKPI untuk melayani dan berjalan bersama seluruh warga jemaat,” tuturnya. []