Jakarta - Sepak bola Asia tak lagi dipandang sebelah mata. Negara-negara Eropa yang dinilai memiliki timnas hebat, harus menelan saat berlaga dengan timnas Asia.
Jerman misalnya, raksasa sepak bola Eropa dan dunia itu, merasakan kehebatan para pelatih timnas Asia, yakni Korea Selatan dan Jepang.
Di Piala Dunia Rusia 2018, Jerman yang datang sebagai juara bertahan saat itu, justru kandas di babak fase grup.
Jerman dipulangkan lebih awal setelah dikalahkan 0-2 oleh Korea Selatan dalam laga terakhir Grup F. Korea saat itu dilatih Shin Tae-yong, yang kini menukangi timnas Indonesia.
Laga dramatis itu digelar di Kazan Arena pada Rabu, 27 Juni 2018 malam WIB. Meski menguasai pertandingan dengan penguasaan bola, namun Jerman gagal menciptakan peluang yang berujung gol baik babak pertama maupun babak kedua.
Sebaliknya, Korea pada waktu injury time babak kedua, mencuri dua gol lewat kaki Kim Young-Gwon dan Son Heung-Min.
Jerman tersingkir dari Piala Dunia 2018, setelah dalam laga lainnya, Swedia menang 3-0 atas Meksiko.
Jerman berada di dasar klasemen Grup F dengan tiga poin. Meski punya jumlah poin sama dengan Korsel, Jerman kalah selisih gol.
Kejadian empat tahun lalu, terulang di Qatar 2022. Kali ini pelakunya adalah Jepang. Grup E diisi Spanyol, Jerman, Jepang, dan Costa Rica.
Di pertandingan pembuka, Jepang mengandaskan tim favorite Jerman dengan skor 2-1. Kalah dari Costa Rica, namun di pertandingan penentuan atau laga ketiga, Samurai Biru mengalahkan Spanyol 2-1.
Meski Jerman menang 4-2 atas Costa Rica, namun kemenangan itu tak menolong Jerman yang memiliki poin 3, sama dengan Spanyol.
Baca juga: Infografis: Top Skor Sementara Piala Dunia Qatar 2022
Spanyol unggul jumlah memasukkan gol ketimbang Jerman. Di laga awal, Spanyol mengalahkan Costa Rica 7-0. Sedangkan Jerman vs Spanyol berbagi satu poin saat bertemu.
Dua pelatih berada di balik petaka yang diterima Jerman dalam dua perhelatan sepak bola dunia.
Keduanya adalah Shin Tae-yong dari Korea Selatan, dan Hajime Moriyasu dari Jepang.
Shin Tae-yong
Shin Tae-yong, kini menjadi tukang timnas Indonesia. Pria kelahiran Hanja, Korea pada 11 Mei 1970 itu juga mantan pemain bola.
Dikutip dari sejumlah sumber, Shin merupakan orang pertama yang menerima Asia Club Championship tahun 1995 dan Liga Champions AFC 2010.
Pernah merumput di Ilhwa Chunma, memenangkan K-League Young Player of the Year Award di tahun 1992.
Baca juga: Sikat Spanyol, Jepang Lolos ke Fase Gugur Piala Dunia 2022
Bersama Ilhwa Chunma pula, memenangkan K-League tiga tahun berturut-turut, yakni dari tahun 1993 hingga 1995.
Shin dianggap sebagai salah satu pemain K-League terbaik sepanjang masa. Mulai terjun sebagai pelatih sejak 2014, yakni asisten pelatih tim nasional Korea Selatan.
Pada 4 Juli 2017, Shin menjadi pelatih tim senior. Korea Selatan di bawah Shin memperoleh tiket ke putaran final Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia.
Mereka tergabung bersama Swedia, Meksiko dan juara bertahan Jerman. Korea Selatan kalah 0–1 dari Swedia dan 1–2 dari Meksiko, tetapi mengejutkan semua orang dengan mengalahkan Jerman 2–0.
Shin kemudian melatih timnas Indonesia sejak Desember 2019 dengan durasi empat tahun.
Hajime Moriyasu
Dalam Piala Dunia Qatar 2022, empat tahun setelah Piala Dunia Rusia, Jerman kembali mengalami nasib mirip.
Jerman dihajar Jepang dengan skor 1-2 pada pertandingan pembuka grup E pada 23 November 2022.
Takuma Asano dan Ritsu Doan melesakkan gol dalam laga itu. Gol balasan Jerman datang dari Ilkay Gundogan.
Jepang menjadi juara di grup neraka tersebut, dengan poin 6. Jerman meski menang 4-2 atas Costa Rica pada laga 2 Desember 2022, namun gagal melangkah ke babak 16 besar.
Memiliki poin 3, sama dengan Spanyol, namun Jerman kalah selisih jumlah memasukkan gol. Jerman pun harus gugur di babak fase grup bersama Costa Rica.
Hajime Moriyasu adalah pelatih kepala timnas Jepang. Pria kelahiran Kakegawa pada 23 Agustus 1968 itu mampu meracik tim menjadi begitu percaya diri.
Dua negara itu sangat dominan ketika menghadapi Jepang, terutama dalam penguasaan bola 60-80 persen.
Tapi mental dan percaya diri yang dibangun Hajime Moriyasu terhadap para anak asuhnya, menjadi faktor dominan pembeda dan hasilnya sangat luar biasa.
Hajime Moriyasu bukan orang asing dalam sepak bola. Dia melakoni sepak bola di saat usia muda.
Menjadi pemain Mazda/Sanfrecce Hiroshima di posisi gelandang pada 1987-2001, bermain di Kyoto Purple Sanga pada 1998, dan di Vegalta Sendai tahun 2002-2003.
Masuk skuad timnas Jepang sejak 1992-1996. Dan Mulai menukangi timnas Jepang sejak 2018. []