Pilihan Jum'at, 14 April 2023 | 13:04

Gangguan Mata Pada Pengidap Diabetes Bisa Mengakibatkan Kebutaan

Lihat Foto Gangguan Mata Pada Pengidap Diabetes Bisa Mengakibatkan Kebutaan ilustrasi diabetes (Pexel)

Jakarta - Dokter Spesialis Mata, dr. Rova Virgana SpM(K) mengatakan bahwa gangguan mata pada pengidap diabetes bisa mengakibatkan kebutaan. Hal itu bisa terjadi jika dibiarkan terlalu lama.

"Pada pengidap diabetes bisa terjadi gangguan retinopati diabetik, kalau didiamkan sarafnya akan berprogres dan mengakibatkan kebutaan," kata dr. Rova dalam diskusi mengenai komplikasi diabetes pada mata seperti mengutip ANTARA, Jumat, 14 April 2023.

Dia mengatakan pentingnya kesadaran akan gangguan mata bagi pengidap diabetes harus ditanamkan sejak awal dengan memeriksakan kondisi mata ke dokter agar tidak memburuk.

Jika pengidap diabetes memeriksakan matanya sejak awal, lanjutnya, maka akan mencegah dari dampak gangguan mata yang lebih buruk lagi.

"Periksa ke dokter mata, katakan saya mengidap diabetes. Jika Anda sadar bahwa Anda belum lama mengidap diabetes, maka risiko yang lebih berat lagi dapat dicegah," kata dokter yang praktik di RS Mata Cicendo Bandung, Jawa Barat tersebut.

Ia menjelaskan, jika pasien memeriksakan dirinya sejak awal maka dokter bisa mengetahui kondisi mata pasien lebih cepat. Umumnya jika belum memiliki gejala maka tindakan yang diambil hanya kontrol tahunan.

Lebih lanjut, katanya, jika sudah memiliki gejala menengah maka kontrol akan bersifat sembilan bulanan, namun jika sudah lanjut maka akan bersifat bulanan atau bahkan lebih sering.

"Biasanya pasien merasa matanya seperti tidak enak melihat, silau atau berkabut, ukuran kacamata berubah-ubah, dan penglihatan menjadi buram serta berubah bentuk," ujarnya.

Jika pasien sudah memiliki gejala tersebut maka harus lebih berhati-hati lagi dalam menjaga gula darahnya. Gejala tersebut juga berisiko menjadi glaukoma dan katarak yang lebih sulit untuk diobati.

Dia juga menambahkan gangguan mata yang parah bisa diobati dengan melakukan operasi, namun ia tidak menyarankan karena selain menghabiskan banyak biaya, operasi juga tidak menjamin kesembuhan seratus persen.

Ia menambahkan, meskipun bisa diobati, jangan mencari tahu bagaimana mengobati gangguan ini, melainkan bagaimana mencegahnya agar tidak menjadi lebih parah.

"Diabetes itu obatnya jamu gendong (jaga mulut dan gerak dong) dan tetap bersemangat. Pasti ada hikmah dibalik semua ini," ucap dr. Rova.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes baik tahun 2013 maupun 2018 menunjukkan adanya peningkatan tren terhadap penyakit diabetes. Populasi diabetes di Indonesia adalah tertinggi kelima.

Tahun 2021, ada 19,5 juta atau 10,5 persen penduduk Indonesia menderita diabetes, dan tahun 2045 diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta yang menderita diabetes.

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya