Jerman - General Assembly World Student Christian Federation GA-WSCF resmi dibuka pada 23 Juni 2022 di Berlin, Jerman. General Assembly WSCF ini berlangsung 4-6 tahun sekali, dan menjadi forum tertinggi di WSCF.
"Pembukaan berlangsung di Gereja Zwingli, yang berlokasi di Kultur Raum Berlin, Jerman, dan sudah berdiri sejak tahun 1908. General Assembly ini merupakan forum tertinggi di WSCF dan saya satu-satunya delegasi dari Student Christian Movement (SCM) Indonesia atau GMKI yang menghadiri kegiatan tersebut merasa sangat bangga," kata Ketum GMKI, Jefri Gultom, seperti mengutip keterangannya, Senin, 27 Juni 2022.
General Assembly saat ini WSCF mengangkat Tema: Rejoice in Hope (Romans 12:12), dan Sub Tema: Young People, Journeying Together Toward Justice and Peace.
"Kita berharap dengan semangat tema dan sub tema yang dibawakan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang dapat kita implementasi di SCM kita masing-masing," ujarnya.
Kegiatan yang akan berlangsung hingga 2 Juli, dihadiri 94 member WSCF yang berasal dari berbagai negara.
"Sudah ada 94 negara yang hadir untuk mengikuti GA-WSCF, dan semuanya telah mempersiapkan materi masing-masing dari setiap negaranya, sama seperti kita dari Indonesia juga telah siap untuk menyampaikan pergumulan kita di Indonesia," tuturnya.
Mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia ini juga menjelaskan, sebelum berangkat ke Berlin, dirinya terlebih dahulu mendengar pendapat dari berbagai kalangan, seperti kader GMKI, pemerintah Indonesia hingga kedutaan yang ada di Indonesia.
Sementara, Pengurus WSCF Global, Andika Mongilala menyebut WSCF adalah organisasi mahasiswa oikumene terbesar di dunia.
"Sudah berulang tahun yang ke 127 tahun sebagai organisasi mahasiswa oikumene terbesar di dunia dengan anggota lebih dari 2 juta orang yang tersebar lebih 90 negara yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian dengan pendekatan diskusi," tutur SCM Australia ini.
Dia mengatakan, pertemuan ini sempat tertunda karena kondisi pandemi Covid-19, yang menyebabkan adanya pembatasan pertemuan.
"Tujuh tahun setelah Sidang Umum terakhir, kami akhirnya dapat berkumpul di Berlin pada hari ini dan bertemu saudara-saudari yang telah bekerja sama dengan kami selama beberapa bulan terakhir secara online. Sayangnya banyak anak muda dari gerakan kita mengalami ketidakadilan dan perang," ujarnya.
Andika juga mengatakan melalui WSCF ini, berbagai pihak dapat mendengar peristiwa yang terjadi di beberapa negara.
"Kami diberkati untuk mendengar cerita menyentuh dari Palestina, Myanmar, Sudan, Peru, Kongo dan Ukraina. Kami mengumpulkan motivasi dan inspirasi baru untuk berkoordinasi di masa depan sehingga kami dapat berbagi lebih banyak solidaritas dan saling mendukung dari berbagai belahan dunia," kata dia.
"Untuk tujuan ini, kami pikir akan sangat bagus untuk membentuk kembali Kelompok Kerja Advokasi dan Solidaritas dan menyuarakan suara-suara perdamaian dan memperjuangkan keadilan," sambungnya.
Sebagai kata penutup dari Jefri Edi Irawan Gultom dan Andika Mongilala sama-sama mengajak anak-anak muda Indonesia ikut bersama-sama menyuarakan gerakan solidaritas untuk memerangi penjajahan, perang dan ketidakadilan.
"Ajakan ini sama seperti yang di lakukan teman-teman yang lain di luar Indonesia saat Indonesia mau merdeka tahun 1945, gerakan-gerakan ini membantu menyuarakan dan mendukung kemerdekaan Indonesia dari luar Indonesia," ucap mereka.[]