News Selasa, 18 Oktober 2022 | 14:10

In Memoriam Sabam Sirait, Yasonna: Bang Sabam Mengajarkan Saya Berpolitik Secara Kristiani

Lihat Foto In Memoriam Sabam Sirait, Yasonna: Bang Sabam Mengajarkan Saya Berpolitik Secara Kristiani Sabam Sirait. (Foto: Tangkapan Layar)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Pria bernama lengkap Sabam Gunung Panangian Sirait atau lebih dikenal dengan Sabam Sirait adalah sosok politikus ulung dan senior yang pernah ada di Indonesia. 

Lahir pada 13 Oktober 1936 di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabam meninggal dunia pada 29 September 2021 di Rumah Sakit Siloam Lippo Village.

Mengenang sosok Sabam Sirait, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) menggelar sebuah webinar dengan tema yang diangkat adalah In Memoriam: Sabam Sirait di Mata Pemuda. Kegiatan secara daring ini dalam rangka mengenang pemikiran dan perjuangan Sabam Sirait.

Diawali sambutan dari Ketua Umum DPP GAMKI Willem Wandik, dihadirkan sebagai keynote speaker Prof Yasonna Hamonangan Laoly yang merupakan Menteri Hukum dan HAM RI.

Ada juga testimoni dari Wakil Menteri ATR/BPN RI yang merupakan politisi PSI, Raja Juli Antoni. Sedangkan pembicara, diantaranya Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto.

Kemudian, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Gema Mathlaul Anwar (Gema MA) Ahmad Nawawi, dan Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda, dengan moderator Dodisutarma Lapihu dari DPP GAMKI.

Yasonna dalam pengakuannya menuturkan, bagaimana orang-orang yang mengikuti Sabam Sirait pada masa-masa perjuangan sebagai Partai PDI di Sumatera Utara, saat menjadi calon legislatif pada zaman Orde Baru, secara sistematik dikucilkan. 

Yasonna Laoly. (Foto: Tangkapan Layar)

Tetapi Sabam kata dia, menunjukkan semangat juang yang tinggi, semangat bertarung yang tinggi untuk mewujudkan cita-citanya melalui partai politik.

"Memperjuangkan kepentingan rakyat, dan nilai ini barangkali yang perlu kita pertahankan," kata politisi PDIP asal Sumatra Utara tersebut dalam kesempatan sebagai keynote speaker.

Baca juga: 

Willem Wandik: GAMKI Terus Mendukung Pemerintahan Jokowi

Menurut Yasonna, saat itu cukup banyak banyak godaan kepada Sabam Sirait untuk ditarik menjadi politisi ke partai pendukung pemerintah. 

Tetapi di situlah konsistensi seorang Sabam dan perjuangannya di tengah-tengah tekanan politik di zaman Orba, dia tetap teguh pada prinsipnya.

"Bang Sabam Sirait mengajarkan saya untuk berpolitik secara Kristiani, teguh dalam iman, teguh dalam prinsip, dan penuh kesopan-santunan dalam berpolitik," tuturnya.

Menteri Yasonna kemudian menegaskan soal peran besar dari seorang Sabam Sirait dalam politik nasional, yang kemudian diperhitungan oleh banyak lawan dan kawan. Di mana itu kemudian menjadi teladan bagi banyak pihak saat ini.

Testimoni datang dari Raja Juli yang mengakui Sabam Sirait adalah tokoh nasional negeri ini. Disebutnya, pada tahun 2015, Sabam menerima Bintang Mahaputra bersama dengan Buya Syafii Maarif dan Romo Magnis Suseno. 

"Ini menunjukkan bahwa almarhum Bang Sabam adalah tokoh nasional yang kelasnya sama dengan Buya Syafii Maarif," ujarnya. 

Wamen ATR/BPN RI ini menyebut, sebuah pepatah mengatakan, gajah mati meninggalkan belalainya, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama.

"Ini justru menjadi luar biasa ketika seorang wafat tapi namanya abadi, baik pikiran maupun hati publik pada umumnya dan bagi bangsa ini. Ide, spirit, dan semangat Bang Sabam tetap hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia," tukasnya.

Menurut Raja Juli Antoni, menjadi seorang politisi adalah profesi yang mulia. Dalam negara yang demokratis, politik dan partai politik menempati posisi yang sentral. Karena partai politiklah yang mengagregasi atau mengumpulkan kepentingan rakyat dan yang memahami kepentingan rakyat. Kemudian partai politik jugalah yang mengartikulasikannya melalui kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat.

"Saya sangat setuju dengan pak Sabam, bahwa politik adalah suci. Menjadi politisi adalah profesi yang suci. Karena nasib orang banyak diputuskan dalam ruang-ruang sidang," ujar Raja Juli Antoni.

Dari hari ke hari, kata dia, orang-orang yang ingin rela mengindentifikasikan dirinya di partai semakin menurun. Karena sedemikian buruknya image partai dan politisi, sehingga menjauh bahkan tidak mau mengasosiasikan dirinya dengan partai politik.

Lanjut Raja Juli Antoni, yang ada dalam benak mereka bahwa politik adalah korup, tipu menipu, paksa-memaksa, money politik dan intoleransi. 

"Namun malam ini, meskipun sudah satu tahun bang Sabam meninggalkan kita, tetapi spirit bang Sabam masih bersama kita. Inilah saatnya, 2024 anak-anak muda mengambil peran dalam politik. Tidak persoalan jabatan, tidak hanya tentang siapa mendapatkan apa, bagaimana dan kapan," ujarnya.

Ia pun menegaskan, politik adalah sebuah seni untuk memperbaharui, memperbaiki bangsa Indonesia serta mempertahankan NKRI berdasarkan Pancasila dan spirit Kebhinnekaan. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya