Jakarta - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menyebut rilis hasil survei Litbang Kompas yang memperlihatkan kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-Ma`ruf Amin mencapai 73.9 persen adalah buah dari program yang berdampak.
Melihat tingkat kepuasan masyarakat cukup tinggi, berbagai relawan Jokowi maupun masyarakat optimis bahwa perpanjangan masa jabatan presiden akan terealisasi.
Kendati demikian, Ketua Umum GMKI Jefri Gultom melihat isu perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi 3 periode terhalang tembok konstitusi.
"Kita sangat mengapresiasi kinerja Presiden Jokowi yang bekerja keras dan memperhatikan kepentingan rakyat. Survei tersebut membuktikan hasil kerja selama ini berdampak. Namun isu susulan 3 periode itu kan terhadang tembok konstitusi," kata Jefri Gultom dalam keterangannya, Kamis, 24 Februari 2022.
Dia menyarankan, sebagai negara yang kedaulatan tertingginya berada di tangan rakyat, Pemerintah tidak perlu ikut-ikutan merespons isu tersebut.
"Pemerintah harus fokus bekerja. Segala wacana, aspirasi itu diakumulasikan dalam sistem demokrasi kita melalui kanal-kanal yang tersedia dan terakhir kita tunggu saja respons DPR/MPR," ujarnya.
"GMKI juga menghimpun isu ini dengan teliti sebagai bagian dari pilar demokrasi. Namun sekali lagi, kita minta Pemerintah tak ikut-ikutan. Jangan sampai isu ini mengganggu kinerja sehingga program prioritas jadi meleset," sambungnya.
Menurutnya, Pemerintah tak perlu terpancing dan ikut menyusun strategi upaya perpanjangan masa jabatan itu.
"Ya kita harap Pemerintah jangan tergoda dan diam-diam menyusun siasat dan strategi. Angka survei kadang naik kadang turun. Cukup bekerja saja tulus, lalu biarkan rakyat menilai dan memutuskan secara rasional untuk nasibnya mendatang," tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa sejak awal reformasi, trend politik Indonesia sudah berubah dan semua calon Pemimpin Negara sudah memakai trend yang akrab disebut `menyembunyikan motif politik`.
Bukan tanpa alasan, dia mengatakan hampir semua kandidat mengelak jika ditanya soal suksesi. Tapi kinerja dan penampilannya diam-diam mengarah ke sana.
"Motifnya disembunyikan. Kemudian, elite-elite politik memantau Survei Popularitas dan Elektabilitas. Alasannya, `scientific base`. Kan itu sudah sering dipakai. Jadi biarlah isu 3 periode ini domain rakyat, bukan domain Pemerintah. Program harus betul-betul berdampak," tuturnya.
Pandangannya, pemerintah sudah berhasil menjalankan program strategis pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Kawasan Danau Toba (KDT).
Kemudian, pembangunan jalan dan perumahan daerah tertinggal di Sumatera Barat, pembangunan bendungan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, pembangunan IKN di Kalimantan Timur, serta pembangunan jalan trans Papua.
"Pembangunan infrastruktur era Presiden Jokowi mampu meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi di daerah," katanya.
Lebih lanjut, Jefri mengatakan Presiden Jokowi mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan data BPS, Presiden Jokowi mampu menekan angka kemiskinan sejak tahun 2014 menjadi satu digit yaitu 9.71 persen, di mana pada tahun 2014 angka kemiskinan mencapai 11.25 persen.
"Penurunan angka kemiskinan tidak terlepas dari upaya pemerintah melindungi masyarakat miskin dan rentan terdampak pandemi melalui program bantuan sosial dan mendukung UMKM," kata dia.
Selain itu, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada bulan Oktober 2022 mendatang.
Selanjutnya, sambung Jefri, penyelenggaraan KTT G20 juga berpotensi membuka ruang investasi untuk Indonesia dan kerja sama ekonomi antar Indonesia dengan negara anggota G20.
"G20 jadi pintu gerbang dalam investasi dan kerja sama ekonomi, hal ini harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dengan berorientasi kesejahteraan masyarakat Indonesia," ucap Jefri Gultom.[]