Pilihan Jum'at, 27 Mei 2022 | 20:05

Melihat Indahnya Kota Abdya dari Puncak Gunung Panton Raya

Lihat Foto Melihat Indahnya Kota Abdya dari Puncak Gunung Panton Raya Melihat indahnya kota Blangpidie dari puncak gunung. Foto: Opsi/Syamsurizal.

Aceh Barat Daya - Hawa sejuk itu mulai terasa tatkala suara jangkrik terdengar bersahutan dari balik semak salah satu puncak pegunungan di Desa Panton Raya, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh.

Saat itu Sang Surya sudah tenggelam. Dari puncak Gunung Panton Raya hanya terlihat kerlap-kerlip lampu di kota Blangpidie, ibu kota Kabupaten Abdya, yang mulai menyala satu per satu permukiman warga.

Binar malam dari cahaya bulan dan bintang seakan menambah indah dan hangatnya suasana saat berada di tempat ini. Pemandangan kota Blangpidie seperti membunuh lelah dan menjawab rasa penasaran tentang bagaimana indahnya kota dagang Abdya saat malam datang.

Kondisi ini seperti diceritakan oleh seorang warga Blangpidie bernama Abu Raka. Bersama empat rekannya, yakni Rizal, Reza, Raka dan Haikal, mereka menikmati sensasi bermalam di puncak Panton Raya. Melepas penat di dalam hening, mereka menikamti betul rasanya menghabiskan malam di puncak gunung.

Melihat indahnya kota Blangpidie dari puncak gunung. Foto: Opsi/Syamsurizal.

Raka berujar, awalnya dia tidak menyangka Abdya punya spot lokasi indah, dinikmati tuk melepas lelah layaknya daerah lain di luar Aceh. Biasanya, banyak orang hanya mau bermalam di pegunungan karena sesuatu keperluan, contohnya menjaga kebun dan mengambil durian saat musim panen tiba.

Namun, ternyata di balik itu ada sebuah hal yang tidak bisa diceritakan kenikmatannya bagi yang memahami esensinya. Ketika matahari tenggelam, di situlah muncul pemandangan alam yang indah dan amat menakjubkan, susah diungkapkan dengan kata-kata.

Saya hanya melihat, saat itu lereng gunung mulai diselimuti kabut. Buih-buih putih itu seakan menelan hijaunya pegunungan Abdya dan sayangnya itu hanya sesaat. Sebab, matahari berotasi dan giliran malam menyapa dunia. Nyanyian burung-burung sambil bercanda saat sayapnya mengepak di udara perlahan hilang.

Melihat indahnya kota Blangpidie dari puncak gunung. Foto: Opsi/Syamsurizal.

Suasana ini berganti dengan suara jangkrik yang bersahutan, seakan mengingatkan makhluk bumi lain bahwa Magrib sudah tiba, menyapa pergantian hari. Dia juga seperti berpesan untuk segera menunaikan salat magrib.

"Seusai membangun tenda, kami seakan malas untuk berkedip. Duduk di kursi pandangan kami mengarah ke kota Blangpidie. Saat itu terlihat kelap-kelip lampu yang mulai dihidupkan. Kami terkesima dengan itu. Kami larut dengan keindahannya. Kami seakan tidak percaya itu ada di Abdya," kata dia, Jumat, 27 Mei 2022 di Blangpidie, Abdya.

Luasnya langit seakan menjadi atap berwarna malam itu. Seusai salat Magrib, mereka mulai menikmati bintang yang seakan malu-malu menampakkan keindahan dirinya. Bintang sekilas mengintip di beberapa bagian langit, walau perlahan terlihat satu per satu hingga menghiasi indahnya langit malam meski tanpa bulan, yang tertutup awan.

Malam yang pekat seperti tidak terasa. Hanya cahaya api unggun yang menerangi lokasi itu seakan melengkapi indahnya suasana malam. Secangkir kopi sambil bersantai melihat indahnya kota Blangpidie menjadi hal yang luar biasa malam itu.

"Kami bersantai dengan kopi di tangan. Api unggun itu menambah sensasi serunya bermalam di lokasi ini. Tampak jelas kota Blangpidie itu indah sekali," tuturnya.

Melihat indahnya kota Blangpidie dari puncak gunung. Foto: Opsi/Syamsurizal.

Menjelang waktu Isya, lanjutnya, menggunakan alat seadanya mereka mulai memasak menu yang sudah memang sudah disiapkan. Kapan lagi makan malam ditemani indahnya pusat kota Blangpidie, yang dilihat dari puncak gunung. Ini merupakan hal yang tidak ternilai indahnya.

Hal ini menjadi salah satu saat yang dinanti. Ada sensasi tersendiri yang didapat. Bukan soal menu apa yang dimakan, tapi di mana kamu dapat menyantapnya dan apa yang kamu lihat saat itu.

"Nuansanya mahal. Itu salah satu hal yang ditunggu. Kami menikmatinya dan itu mahal sekali," ucapnya.

Jelang larut malam, saat mata mulai lelah berkedip. Semua memilih tidur untuk istirahat, seraya bersiap untuk menatap indahnya matahari terbit pagi nanti. Mereka terkapar dalam tenda itu. Mereka terlelap tidur dengan pulas. Namun, kalimat penasaran masih ada di benak mereka.

"Kami tidak sabar menanti sang fajar menyapa. Tidur malam itu menyisa satu rasa penasaran," ungkapnya.

Terbangun dari tidur lelap, gawai menjadi hal yang pertama mereka cari. Kamera merupakan aplikasi yang pertama disentuh untuk disuruh bekerja mengabadikan ciptaan Yang Maha Kuasa saat pagi hari datang.

"Akhirnya yang dinanti muncul. Dia (matahari) terlihat dari puncak gunung. Indahnya tidak terhingga," ucapnya.

Setelah menyantap sarapan pagi, dia dan rekannya kemudian bersiap-siap untuk pulang. Mereka membawa memori indah selama bermalam itu di benak dan di gadgetnya, seraya menjadwalkan kembali untuk mengulang hal yang sama di kemudian hari.

"Kami meninggalkan lokasi saat jelang siang. Waktu terasa singkat. Satu malam berasa belum puasa. Namun, apa daya, ada hal yang harus dikerjakan. Namun, setidaknya kami sudah membuktikan bahwa Abdya juga punya lokasi yang indah tidak kalah dengan daerah lain di luar Aceh," ucapnya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya