News Selasa, 21 Desember 2021 | 18:12

Pengamat: Muktamar ke-34 NU Potensi Hadirkan 3 Kubu PBNU

Lihat Foto Pengamat: Muktamar ke-34 NU Potensi Hadirkan 3 Kubu PBNU Logo Muktamar ke-34 NU. (Foto:Opsi/Dok. NU Online)

Jakarta - Pengamat Politik Uchok Sky Khadafi menilai pemilihan Ketua Umum baru Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Muktamar NU ke-34 di Lampung akan menghasilkan perpecahan.

Uchok berpandangan, potensi kemenangan Yahya Cholil Staquf untuk menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU itu sangat besar sekali.

Menurutnya, salah satu faktor kemenangan Gus Yahya, karena adanya dukungan dari Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

"Apalagi nanti dalam pemilihan Ketua Umum PBNU, metode pemilihan dengan cara menggiring suara cabang-cabang NU ke arah aklamasi atau voting, satu suara satu cabang, tetap saja yang akan menang adalah Gus Yahya," kata Uchok mengutip keterangannya, Selasa, 21 Desember 2021.

Kendati demikian, menurutnya kemenangan Gus Yahya tidak akan diterima oleh kubu Said Aqil Siradj.

"Mungkin saja dengan alasan adanya kecurangan dalam pemilihan dan adanya intervensi pemerintah melalui Kementerian Agama kepada cabang-cabang NU, agar tidak memilih kembali Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU," ujarnya.

Dia menyebut, dengan adanya penolakan terhadap Gus Yahya oleh Said Aqil, maka Muktamar NU akan melahirkan dua atau tiga PBNU.

"PBNU pertama versi Gus Yahya, PBNU kedua versi kubu Said Aqil Siradj, dan PBNU ketiga versi Indonesia Timur," tuturnya.

Untuk menghindari terbelahnya PBNU, lanjut dia, maka persoalan pemilihan ketua Umum jangan diserahkan kepada PCNU dan PWNU secara langsung atau voting.

"Lebih baik dan lebih maslahah memilih metode pemilihan dengan cara AHWA atau PCNU dan PWNU memilih para kyai sepuh untuk menjadi anggota Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA)," katanya.

"Dan para kyai sepuh inilah yang akan memilih ketua umum PBNU. Dan hal ini bisa menghindari Politik uang, pengaruh politisi busuk, dan menghindari PBNU terbelah berkeping keping menjadi 3 PBNU," sambungnya.

Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa komposisi anggota AHWA tidak boleh melibatkan Wakil Presiden Kyai Ma`ruf Amin.

"Kalau kyai Ma`ruf Amin ikut sebagai AHWA, ini sama saja, pemerintah ikut campur dalam urusan internal NU," katanya.

Dengan demikian, sambungnya, para kyai sepuh akan rapat dan memilih Ketua Umum PBNU dengan kriteria berikut; tokoh nasional, mempunyai jaringan luas baik secara nasional maupun internasional, dan ketiga dihormati serta disegani oleh para kyai dan tokoh-tokoh NU.

Jika mengacu kepada kriteria AHWA seperti di atas, tuturnya, maka tokoh yang sedang muncul saat ini salah satunya adalah kyai As`ad Said Ali.

"Di mana kemunculan kyai As`ad Said Ali bisa menyatukan kembali NU, yang saat ini sedang menuju perpecahan, bukan perpecahan karena perbedaan wacana, tapi perpecahaan konflik fisik yang sangat membahayakan pemerintahan Jokowi," ucap Uchok.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya