Pilihan Selasa, 28 Juni 2022 | 14:06

Rumah Batak Toba Ini Sudah Keropos, Untunglah Segera Direvitalisasi

Lihat Foto Rumah Batak Toba Ini Sudah Keropos, Untunglah Segera Direvitalisasi Rumah Batak Toba di Silaen yang akan direvitalisasi. (Foto: Facebook Tansiswo Siagian II)
Editor: Tigor Munte

Medan - Sebuah unggahan di media sosial Facebook dengan status dan foto Rumah Batak. Pengunggah status adalah pemilik akun M Tansiswo Siagian II. 

Tansiswo Siagian sendiri dikenal sebagai seorang penulis dan pemerhati budaya Batak. Dia mengunggah status pada Selasa, 28 Juni 2022 dengan judul: Revitalisasi Rumah Batak.

Status itu disertai sebuah foto rumah Batak yang dalam kondisi rusak dan keropos. Sejumlah warga tampak tengah berada di sekitar rumah Batak yang akan direvitalisasi tersebut.

"Begitu bangganya kami satu kampung, ketika dimulai revitalisasi rumah ini," begitu Tansiswo menulis di awal statusnya.

Dia menyebutkan, rumah ini adalah satu-satunya Rumah Batak yang tersisa di kampungnya, Palipi, Desa Dalihan Natolu, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatra Utara.

Rumah Batak dimaksud kata Tansiswo, selama ini sudah tidak ditempati lagi karena sudah keropos.

"Beruntung, keturunan pemilik Rumah Batak ini (yang tinggal di perantauan) bersepakat merevitalisasi atau memugar rumah peninggalan nenek moyangnya," lanjutnya.

"Jujur, kami sekampung pun senang dan bangga akan hal ini. Sehingga kami turut ringan tangan membantu tukang merenovasinya," imbuh penulis novel berbahasa Batak, Amangbao Parsinuan tersebut.

Mereka kata dia, senang karena satu-satunya Rumah Batak yang masih tersisa di kampungnya tidak punah sama sekali.

Hanya saja, Tansiswo tidak merinci keluarga dan marga pemilik rumah adat tersebut.  

Rumah Tradisional

Mengutip Yustinus Slamet Antono yang melakukan analisis antropologis tentang Rumah Tradisional Batak Toba, menyebut ciri-ciri rumah suku Batak Toba.

Pada bagian atas terlihat atap yang melengkung. Pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan hiasan menyerupai kepala kerbau. 

Atap itu dulunya terbuat dari ijuk. Pada bagian dinding bisa dilihat berbagai hiasan atau ukir-ukiran dengan warna dominan hitam, putih dan merah. 

Ukir-ukiran atau hiasan rumah adat itu terdiri dari beragam hias geometris, tumbuh-tumbuhan, binatang, alam dll.

Berbentuk panggung, dan dindingnya tidak sampai bersentuhan dengan tanah. Disangga tiang-tiang yang kokoh yang pada umumnya berbentuk bulat. 

Batu ojahan (batu pondasi) digunakan untuk menyangga tiap-tiap tiang. Pada sopo siualu terdapat delapan tiang besar.

Empat tiang di sebelah kanan dan empatnya lagi di sebelah kiri. Tiang-tiang utama itu masih dibantu dengan tiga belas tiang di sebelah kiri dan tiga belas tiang di sebelah kanan. 

Pada bagian depan dan belakang rumah dibantu oleh masing-masing enam tiang. Jadi secara keseluruhan terdapat delapan tiang utama dan 38 tiang pembantu. 

Dengan tiang penyangga sebanyak itu maka kekokohan rumah tradisional tidak diragukan. Tiang-tiang penyangga secara tidak langsung menjadi pembatas kolong rumah. 

Rumah Batak Toba. (Foto: Ist)

Dalam hidup harian, kolong itu berfungsi sebagai kandang ternak. Dengan ruang tengah sebagai tempat tinggal, maka untuk memasukinya orang membutuhkan tangga. 

Anak tangga biasanya berjumlah ganjil. Pada rumah adat sitolumbea tangga terletak agak masuk ke dalam, sedangkan pada rumah adat sisampuran, tangga terletak pada bagian depan rumah.

Bahan-bahan yang digunakan untuk keperluan bangunan terutama terdiri dari kayu (balok besar) sebagai kerangka atau tiang bangunan, dinding dan ijuk untuk atap. 

Bisa dipastikan bahwa konon bahan-bahan semacam itu tidak sulit untuk ditemukan dibandingkan pada masa sekarang.

Mengingat bahwa bangunan itu rumit dan menggunakan bahan-bahan yang berat, maka hampir tidak mungkin rumah itu dibuat seorang diri. Tentu mereka bergotong-royong, baik dari segi pendanaan maupun pengolahannya. 

Rumitnya ukir-ukiran yang ada di dinding luar menandakan bahwa hiasan itu dibuat oleh ahli khusus yang memahami soal itu, sebab sudah tentu hiasan itu mengandung makna yang diwariskan turun-temurun, yang menyimpan falsafah hidup orang Batak.

Ruangan dalam rumah tidak terbagi atas kamar-kamar seperti terdapat pada rumah-rumah non tradisional. 

Di ruangan ini ditempatkan dalihan (tungku) dan di atasnya biasanya ditempatkan para-para, yang bisa digunakan sebagai tempat meletakkan sementara benda-benda untuk keperluan memasak atau menggantung bibit-bibit tanaman yang perlu dikeringkan. 

Pada bagian depan yang berdekatan dengan pintu masuk, terdapat ruangan yang bisa digunakan untuk menyimpan benda-benda berharga. 

Perkampungan

Pola perkampungan orang Batak dulu umumnya mengelompok. Rumah didirikan dalam deret, yaitu baris selatan dan utara. 

Pada barisan utara terdiri dari lumbung, tempat untuk menyimpan padi dan bagian selatan sebagai rumah tinggal. 

Kedua baris itu dipisahkan oleh halaman yang bisa digunakan untuk menjemur hasil bumi dan sekaligus sebagai arena bermain anak-anak. 

Di sekeliling kampung ditanami pagar hidup yaitu pohon bambu. Pada pintu gerbang masuk kampung ditanami pohon bertuah yaitu pohon Hariara, Bintatar dan Beringin.

Orang Batak Toba mengenal dua jenis rumah tradisional, Ruma Batak Sitolumbea dan Ruma Batak Sisampuran atau Sibaba ni Amporik

Pada Ruma Batak Sitolumbea, tangga dan pintunya berada di dalam, sedangkan Ruma Batak Sisampuran, tangga dan pintunya berada di bagian luar.

Kedua jenis bangunan atau rumah itu adalah rumah tinggal. Masih ada lagi bangunan tradisional yang mirip dengan kedua rumah tinggal tadi yaitu sopo.

Sopo bukan merupakan rumah tinggal. Sopo lebih merupakan tempat penyimpanan padi atau sering dijadikan tempat tidur pemuda-pemuda kampung.[]

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya